Indah Membekas Lara

Indah Membekas Lara

Terkadang kita dibutakan oleh indahnya tipu seakan nirmala, Kita mengejar asa yang bukan ukuran genggaman kita, Manusia memang ambisius, serakah, memang itu adanya, pasti ada di setiap diri. Tinggal kita bisa memupus dan mengaturnya. Sama seperti cinta yang kadang hadirkan nestapa, hanasta yang terkadang membutakan, hingga lupa kita perlu mendapatkan upeksha. Tidak semua indah hadirkan nestapa, malah terkadang melankolia.



Aku berpengalaman dengan amaraloka yang dulunya ku anggap abadi, ternyata pergi juga. Dayita yang aku puja puja juga membuangku begitu saja, malah ditinggal menikah, brengsek!! oh tidak memang sejatinya amaraloka begitu adanya. Bianglala akan muncul di antara rintik hujan dan baskara, sesekali serayu meniupnya. Bmantera menjadi saksi ketika aku mengawininya di penghulu, namun bajingan memang, amaraloka tidak bisa ditebak.

Bak chandra yang tersipu menghiasi malam, aku pun sama setelah kegagalan ini, hanya ingin hidup sendiri. Semua andam karam, akhirnya aku sadar fitrah, hanya Yang satu yang berkuasa, apa yang dikasih diminta juga, si empunya.